Besok Malam Aliran Air Selokan Mataram Dibuka, Tapi Debitnya Kecil, Tidak Berpengaruh Terhadap Tanaman
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Rencana pembukaan kembali aliran air Selokan Mataram, pada Sabtu (21/10/2023) malam, tidak akan langsung memberikan pengaruh terhadap tanaman pangan yang telah ditanam oleh petani.
Sebab, debit air yang akan mengalir tidak akan langsung besar, karena debit airnya menyesuaikan dengan Sungai Progo.
Advertisement
Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Sleman, Siti Rokayah mengatakan, pihaknya telah mendapatkan pemberitahuan dan koordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO) terkait pembukaan kembali aliran air Selokan Mataram.
Hanya saja, debit air yang akan mengalir di Selokan Mataram kecil karena airnya menyesuaikan dengan Sungai Progo.
"Infonya dari BBWSO debit dibuka masih sangat kecil," katanya, Jumat (20/10/2023).
Dengan debit air yang kecil, maka air yang mengalir di Selokan Mataran membutuhkan waktu yang lama untuk bisa mengaliri lahan pertanian di sekitar Selokan Mataram.
"Iya..Tapi bisa jadi butuh waktu lama untuk sampai hilir. Belum bisa untuk pengolahan tanah komoditas padi. Karena padi tetap butuh tanah jenuh air," jelasnya.
Terpisah, Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Tirto Sembodo Tirtomartani, Kalasan Janu Riyanto mengatakan jika aliran air Selokan Mataram dibuka pada Sabtu (21/10/2023) malam, maka kemungkinan air baru akan sampai di wilayahnya pada Senin (23/10/2023). Ia berharap agar debit air yang teralirkan nantinya besar dan mampu dimanfaatkan petani untuk mengairi lahan pertanian meraka yang sudah terlanjur ditanami padi dan sejumlah tanaman pangan lainnya.
"Karena keberadaan air akan sangat mempengaruhi tanaman dan hasil pertanian kami," jelasnya.
BACA JUGA:Â Kabar Gembira! Sabtu Malam Mendatang, Aliran Air Selokan Mataram Kembali Dibuka
Janu menyatakan, sejumlah persiapan telah dilakukan petani di wilayahnya. Selain membersihkan saluran irigasi agar air nantinya yang mengalir lancar, petani di Kalasan juga telah memaksimalkan peran sumur bor. Sumur bor ini telah dimaksimalkan untuk mengalirkan air ke lahan pertanian yang sudah terlanjur ditanami padi dan tanaman pangan lainnya.
"Selama aliran Selokan Mataram kemarin dimatikan kami optimalkan keberadaan sumur. Kami berharap debit air yang mengalir nantinya setelah pembersihan kemarin bisa besar dan bisa dialirkan maksimal ke lahan pertanian kami," jelasnya.
Ahli Madya Bidang Pelaksanaan Jaringan Pemanfaatan Air (BBWSSO), Rr. Vicky Ariyanti mengatakan percepatan pembukaan aliran air Selokan Mataram dengan berbagai pertimbangan.
Salah satunya adalah saluran dinilai sudah aman setelah melalui proses perbaikan dan pembuatan bangunan ukur di Bligo, Jawa Tengah. "Hanya saja, pengaliran air ini menyesuaikan dengan debit dari Sungai Progo," katanya, Rabu (18/10/2023).
Meski membuka aliran air di Selokan Mataram lebih cepat, namun hal itu tidak diikuti dengan percepatan pembukaan aliran air di saluran Van Der Wicjk. Vicky menyebut, aliran air di saluran Van Der Wicjk tetap akan dimatikan sampai akhir Oktober. Artinya, aliran air di saluran Van Der Wicjk baru akan dibuka kembali pada 1 November 2023. "Di sana masih banyak pekerjaan yang harus disempurnakan," sambungnya.
Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo menyambut baik rencana dan mengucapkan terima kasih kepada BBWSSO yang lebih cepat membuka aliran air di Selokan Mataram. Sebab, keberadaan air di Selokan Mataram sangat penting bagi berbagai pihak.
"Alhamdulillah, jika air sudah segera bisa dialirkan, terimakasih," kata Kustini.
Sebelumnya, sebanyak 28 kelompok pembudidaya ikan di 4 kapanewon di wilayahnya yang terdampak atas pematian aliran air Selokan Mataram selama Oktober 2023.
Adapun total luasan kolam yang terdampak atas pematian aliran air Selokan Mataram adalah seluas 230.120 meter persegi. "Jika dihitung dengan jumlah produksi ikan sebanyak 831.822 kilogram," kata Kepala Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan (DP3) Sleman, Suparmono.
Selain itu, ada sebanyak 1.068,6 hektare lahan pertanian di Sleman terancam gagal panen akibat fenomena Elnino dan ditutupnya saluran air Selokan Mataram serta saluran Vanderwijk.
Data tersebut didasarkan kepada pemantauan lapangan yang dilakukan dan juga didasarkan pada laporan dari beberapa petani terkait dampak kekeringan. Adapun 1.068,6 hektare lahan pertanian yang terancam gagal panen itu ada 9 kapanewon berbeda di Sleman.
"Dan, dampak kekeringan yang paling bisa terjadi puso atau gagal panen dan lainnya berupa penurunan hasil panen hingga 25 sampai 45 persen," lanjut Suparmono.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Masuk Masa Tenang Pilkada 2024, Bawaslu Ingatkan Tidak Ada Lagi APK
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Tahun Ini Hanya Digelar Sekali, STTKD Mewisuda 691 Lulusan
- Senam Bersama dan Konser Musik Jadi Cara Heroe-Pena Gaet Suara Semua Kalangan
- Masa Tenang Pilkada 2024, Satpol PP Jogja Bidik 5.000 APK di Semua Wilayah
- InDrive Dorong Perubahan Sosial lewat Festival Film Alternativa
- Pelaku Praktik Politik Uang Bakal Ditindak Tegas Polres Kulonprogo, Ini Hukumannya
Advertisement
Advertisement